JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2023. Penetapan ini sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan kebaya yang telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga.

Kebaya merupakan warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun di kalangan perempuan Indonesia dan menyatu dalam perjalanan hidup perempuan Indonesia.

Dwi Woro Retno Mastuti, seorang dosen program Studi Jawa di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, menyatakan dalam sebuah wawancara tertulis bahwa perkembangan kebaya sangat masif dan luar biasa.

Hal ini disebabkan oleh bahan kebaya yang mudah didapat, desainer yang semakin mahir dalam menciptakan karya bertema kebaya, dan aksesoris yang mempercantik kebaya dengan cara yang lebih spektakuler.

Dibandingkan dengan tahun 1950-an hingga 1990-an, menurut Dawi, hanya ada dua kebaya yang populer di masyarakat, yaitu kebaya Kutubal dan Kebaya Kartini. Namun, saat ini, dengan meningkatnya pemakai hijab, kebaya mulai beradaptasi dengan model yang dikenakan oleh para muslimah.

Kebaya juga merupakan simbol kecantikan dan ketika dikenakan oleh wanita, kebaya menunjukkan sisi feminin wanita, yang mewakili penampilan khas Jawa dan Indonesia.

Seperti halnya Dwi, budayawan asal Solo, Bambang Irawan, mengatakan bahwa kebaya kini telah menjadi bagian dari perjalanan perkembangan mode kontemporer di dalam dan luar negeri.

Tren mengenakan kebaya telah menjadi banyak dikenakan oleh wanita sebagai mode kontemporer, dengan banyak pilihan busana wanita termasuk gaya Eropa, Muslim, Jawa dan Peranakan.

Dawi mengatakan bahwa meskipun kebaya dapat disesuaikan dengan keempat gaya tersebut, masih banyak wanita yang tidak menyukai kebaya 100%. Masih banyak wanita yang hanya mengenakan kain, mengenakan atasan yang bukan kebaya kutubal maupun kebaya kartini.

Meski demikian, Dawi tetap optimis bahwa kebaya akan tetap terjaga dengan banyaknya pilihan busana yang bisa dipadukan dengan kebaya.

“Kebaya adalah pilihan yang baik karena menunjukkan sisi feminin wanita dan merupakan busana khas Jawa dan Indonesia. Dan juga sanggul Jawa yang disebut konde, yang dipopulerkan oleh Ibu Negara Tien Soeharto. Hal ini juga menjaga keberlangsungan mode Indonesia,” ujarnya.

Bambang juga mengatakan bahwa karena kebaya adalah identitas budaya nusantara, pelestariannya diperlukan untuk memastikan kelangsungan perkembangan kebaya di masa depan.

Kebaya yang populer di masyarakat antara lain kebaya Kutubal dengan ciri khas stagen atau kain perut khas Jawa Tengah, kebaya Encim yang dipengaruhi peranakan dan Betawi dengan potongan longgar dan kerah bundar, kebaya Kartini, kebaya Labu Riau dengan ciri khas baju selutut, kebaya kolonial Belanda Kebaya Noni, yang dipengaruhi oleh masa kolonial Belanda.

Penata gaya Hagai Pakan mengatakan bahwa wanita masa kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kebaya dan telah kembali ke esensi pakaian wanita Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya figur publik yang sering mengenakan kebaya bahkan saat tidak dalam acara formal, menjadikan kebaya sebagai gaya pakaian sehari-hari yang lebih individual.

Kebaya adalah pakaian wanita yang harus dilestarikan, karena kebaya tidak dibatasi oleh kelas atau warna kulit, katanya, dan semua bentuk tubuh wanita Indonesia dapat masuk ke dalam satu pakaian, kebaya.

“Sekarang kebaya telah kembali ke tubuh wanita Indonesia. Sebelumnya, kebaya hanya terlihat di acara-acara formal atau tradisional, tetapi sekarang Anda dapat melihat orang-orang mengenakan kebaya ke universitas setiap hari, atau tokoh masyarakat yang tampil di lagu-lagu mengenakan kebaya meskipun kode berpakaiannyabukan kebaya, dan kebaya sekarang dilihat sebagai item fashion yang umum. “Kebaya telah dilihat sebagai”, kata Hagai, ”item fashion yang umum.